Sabtu, 15 November 2008

Persiapan di hari Tua - Menulis terus!

Siang ini sepulang kerja, aku ngobrol dengan seorang bapak, usia 72 tahun. Dalam kelelahannya, kadang dia menyesali keputusan2 yang sudah dibuatnya. Dia baru saja pergi berlibur ke sebuah desa. Ini kali ke 3 dalam beberapa bulan dia "melarikan diri" dari kesibukan kota besar, Surabaya.

Apa yang harus dilakukan pada usia senja seperti dia? Dalam pikirannya, dia sudah merasa "tidak mau dibebani" lagi. 3 putranya sudah dewasa : Sulung menikah, tinggal di Semarang. Ke dua, siap2 menikah. Si bungsu sudah menikah, tinggal di Sidoarjo.

Usul (dan opini) saya, banyak : selain MENIKMATI KEHIDUPAN HARI LEPAS HARI (DAY BY DAY), ini usulan saya :

1. MENGISI BATERAI SEMANGAT KEHIDUPAN - misal, 3 bulan sekali atau 6 bulan sekali, pergi ke DESA, berlibur di sana. Begitu semangat terkumpul, boleh kembali ke KOTA. Kalau udah merasa suntuk atau capek, boleh 'lari' ke DESA lagi, mengisi baterai!

2. MENYUMBANGKAN TENAGA UNTUK ORANG LAIN - misal, membantu bersih-bersih di sebuah panti asuhan, ini sangat membangkitkan semangat hidup.

3. KUNJUNGI TEMAN-TEMAN LAMA - seringkali, kita merasa kurang bahagia karena mengukur kondisi diri dengan apa yang kita miliki.

Coba, kita lihat, apa yang dimiliki orang lain - teman, tetangga, kerabat, dan sebagainya. Kita akan mensyukuri apa yang kita punya saat ini!

Itu saranku pada Bapak ini.

Trus, aku juga punya cita-cita. Kalo udah tua nanti (dan diberi umur panjang oleh Tuhan), aku mau beli rumah di desa. Aku tetap jadi penulis. Mungkin istriku punya cita-cita ternak ayam. No problem. Trus kalau aku sudah tak kuat menulis : AKU AKAN MENCARI ORANG UNTUK MENULISKAN APA YANG ADA DI OTAK DAN PIKIRANKU. Gitu.